Travelogue

Dalam Kata Terdapat Berbagai Makna, Dalam Makna akan ada Banyak Cerita

Menghormati dan Dihormati December 13, 2012

Filed under: Refleksi — bbbeeeuuuhhh @ 08:11

Hidup memang menarik untuk diselidiki, banyak hal yang unik dan ganjil dari kebiasan sehari-hari, sesekali bolehlah menengok keluar, yang biasanya  hanya berkutat di depan laptop berpacaran dengan corel, photoshop, adobe flash, netbeans, eclipse, notepad, html, css, php dan lainnya. sekarang bolehlah berselingkuh sebentar dengan berbagai tulisan dan menelisik ilmu kehidupan.

“Menghormati yang tua, dan menyayangi yang muda.”

kalimat cantik nan manis itu sering kita dengar, tanda kesopanan dan penghormatan sangat lekat dengan kalimat itu, sudah menjadi turun temurun ketika mereka yang muda harus lebih menghormati yang tua, sedangkan yang tua harus menyayangi yang muda. Tapi, apakah benar harus seperti itu?

Di Indonesia sendiri khususnya banyak sekali tingkatan-tingkatan bahasa di beberapa daerah, bahasa yang sopan dan halus digunakan untuk orang yang lebih tua dan derajatnya lebih tinggi, bahasa moderat digunakan untuk seumuran, sedangkan bahasa yang lebih kasar digunakan untuk orang yang lebih muda atau anak-anak. Hal ini bisa dikatakan sebagai hal yang tidak baik, kenapa? karena selain membentuk kesenjangan antar generasi, hal ini juga bisa berdampak buruk pada psikis anak-anak.

Di Islam, Allah tidak memandang makhluk-Nya berdasarkan kasta, semua makhluk sama yang membedakan adalah iman dan taqwanya. Semuanya diperlakukan sama, Rasulullah SAW pun telah memberikan contoh kepada kita, Ia tidak pernah berbicara kasar, baik itu kepada raja maupun kepada para budaknya . Ucapan kasarpun tidak pernah terlontar kepada anak-anak, ketika Rasulullah melewati anak-anak kecil beliaulah yang memberikan salam terlebih dahulu kepada anak-anak tersebut, karena memang begitulah seharusnya. Banyak kita lihat di sekolah, yang banyak dilakukan adalah murid yang memberikan salam kepada guru, seringkali apabila murid tidak memberi salam, guru pun akan acuh dan berjalan begitu saja, karena merasa seharusnya muridlah yang lebih dulu memberikan salam (pengalaman ketika SMP .red). Seharusnya ini tidak boleh dilakukan, karena anak-anak tentunya akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtua. Seperti halnya dirumah, memarahi anak dengan memaki dan menjelek-jelekkan anak menjadi hal yang wajar, orangtua menganggap hal itu adalah hal biasa yang bertujuan untuk mendidik anaknya, akan tetapi memberikan pelajaran kepada anak dengan cara memaki malah akan mengajarkan anak untuk memaki, ketika menjelek-jelekkan maka itu membuat anak menjadi tidak percaya diri dan merasa dirinya rendah. Padahal anak-anak adalah makhluk yang masih polos, dia melakukan sesuatu atas dasar ingin tau, ketika sesuatu yang dilakukan itu gagal, seharusnya yang dilakukan orangtua adalah memberikan contoh yang baik dan memotivasinya, bukan memarahi, memaki, atau malah menjelek-jelekkan.

Tidak salah ketika “Hormati yang tua dan sayangi yang muda”. Memang seharusnya yang muda menghormati yang tua, tapi jangan lupa juga bagi yang tua untuk menghormati yang muda. Dan begitu pula, yang tua menyayangi yang muda, dan sebaliknya. Tapi bagaimana bisa jika yang muda menyayangi yang tua, sedangkan yang tua tidak memberikan contoh menghormati yang baik kepada yang muda. Bagaimana kita menyayangi orang yang tidak menghormati kita?

Mereka yang tua dan yang muda memang jelas berbeda, mereka yang tua pasti telah lebih banyak merasakan “asam garam kehidupan”, oleh sebab itu yang tua harus memberikan contoh yang baik kepada yang muda, yang tua pun harus bisa lebih dewasa daripada yang muda, menjadi kekanak-kanakkan bukanlah hal yang dibenarkan karena cukup memalukan, tetapi bukan pula menjadi hal yang salah selagi bisa menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi.

Tidak perlu memaksakan anak-anak untuk menghormati yang lebih tua, cukup dengan cara mereka yang lebih tua untuk menghormati yang lebih muda dengan sendirinya akan memberikan contoh kepada yang lebih muda, karena mereka akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, sebenarnya tidak perlu mengajarkan salam kepada anak-anak, jika orangtua nya selalu memberikan salam kepada anak-anaknya itu akan menjadi contoh dan akan ditiru oleh anak-anaknya dengan sendirinya. Ada kalimat yang sangat saya suka (entah ini pepatah atau bukan .red) mengatakan  “Jika ingin dihargai belajarlah menghargai, Jika ingin dihormati belajarlah menghormati, Jika ingin disayangi belajarlah menyayangi”.

 

Agama Pemberian December 3, 2012

Filed under: Refleksi — bbbeeeuuuhhh @ 06:50

Islam..

Islam lahir di kehidupanku lebih dari sekedar oksigen. Sebelum aku mengenal oksigen, papa sudah menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, papa juga tak lupa untuk mengenalkan asma-asma Allah, papa sering berkata supaya kelak aku bisa menjadi anak yang shaleh dan berguna bagi orang tua, nusa, bangsa, serta agama. Itu kisah papa ketika aku berada di kandungan mama.

Islam..

Islam bagiku adalah suatu agama, ya.. sama seperti yang lainnya (mungkin), bagiku Islam adalah agama yang bukan hanya sekedar formalitas isian di form pengajuan KTP saja, tapi kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupanku.

Sebagai seorang muslim, aku setuju jika dikatakan bahwa agamaku adalah agama turunan, mengapa? karena jelas, orang tuaku yang keduanya adalah muslim mengajarkanku banyak hal tentang Islam dari semenjak aku dalam kandungan. Sehingga pada awalnya Islam yang menempel pada diriku adalah Islam yang diturunkan oleh orangtuaku. Tapi, apakah “islam” hanya digantungkan sebagai kata saja ketika ditanya tentang “agamamu?” ?. Jelas tidak, beruntung aku disekolahkan di sekolah yang luar biasa, disini aku dikenalkan tentang toleransi beragama.

“Tidak ada ajaran yang salah yang dibawa oleh Nabi.” Begitu kata Ustadh ku.

Sebenarnya, aku tidak di paksakan untuk memeluk agama Islam disini, tetapi sekolah ini membuka cakrawalaku tentang Islam sesungguhnya, mengapa demikian? sebagai salah satu siswa nya, aku dibiarkan mempelajari agama lain, ya.. mempelajari agama lain. Aku pernah berkunjung ke Gereja St. Paulus, mereka ramah terhadap kami, buah tangan banyak mereka sematkan untuk kami dan tak lupa ilmu baru pun banyak yang mereka berikan untuk kami sebagai bekal keyakinan bahwa Islam adalah benar-benar agama yang sempurna pada akhirnya. Ketika aku berkunjung, aku diajak untuk melihat-lihat keadaan Gereja, aku menjadi tau bagaimana bentuk tempat untuk melakukan pengakuan dosa, tempat berdoa, dan diceritakan juga tentang gambar-gambar Yesus dari kelahirannya hingga kematiannya yang terpasang di sekeliling ruang peribadatan. Setelah acara melihat-lihat sudah selesai, kami diajak ke suatu tempat berdiskusi, tempat yang cukup nyaman, kebiasaan berdebat yang ditradisikan di sekolah membuat diskusi kami sangat menarik, pertanyaan demi pertanyaan terlontarkan, Pastur dan beberapa orang disana dengan sabar dan hati-hati memberikan jawaban kepada kami, hingga suatu pernyataan disampaikan.

“Sebenarnya saya juga pernah membaca Al-Qur’an, dan disana memang disampaikan banyak hal yang disampaikan bahkan begitu lengkap, lebih lengkap dari yang ada di kitab kami.”(kurang lebihnya begitu seingatku). Begitu kata seorang Pastur, Subhanallah.

Disini aku menarik kesimpulan, dibandingkan dengan agama pemberian, aku lebih setuju apabila dikatakan bahwa Islam adalah pilihan. Jika dikatakan pemberian, toh suatu pemberian pun pada akhirnya menjadi sebuah pilihan, mengapa? karena pada setiap pemberian kita berhak untuk menerima atau menolak pemberian tersebut, dan menerima atau menolak adalah suatu pilihan bukan?.

Islam bagiku adalah pilihan, tidak ada agama yang salah diluar sana yang ajarannya dibawa oleh Nabi, penamaan agama sendiri dibentuk oleh masyarakat atau umat yang pada saat itu mengikuti ajaran Nabi tersebut. Jadi, apakah agama lain itu salah? tentu tidak, Islam ada karena proses, seperti halnya bangunan, pondasinya adalah nabi-nabi sebelum Muhammad SAW, dan Muhammad SAW yang menyempurnakannya. Jadi, tidak ada yang salah dengan agama yang lain, tapi apabila ingin agama yang sempurna, maka pilihlah Islam.